AKTIVIS PAROKI BEJAWA KEUSKUPAN ENDE FLORES
Training ini dilaksanakan atas kerjasama antara Kevikepan Bejawa dengan CWTC-IBSI, yang diusulkan oleh Pastor Yetra PR Keuskupan Ende, sejumlah 39 peserta terdiri dari 20 peserta laki-laki dan 19 peserta perempuan, dengan nara sumber utama ibu Nurul Qoiriah dari IOM dan Sr.M.Katarina dari CWTC. Tahun lalu kerjasama untuk TOT ini sudah terjadi dan dilaksanakan di Ende rumah Retret milik Biarawati CIY. Fenomena perdagangan manusia sangat marak untuk daerah NTT ini, IOM sendiri tahun 2015 ini sudah membantu menangani 300 korban trafficking asal NTT. Training kali ini dilaksanakan di Rumah Retret milik suster-suster PIY di Bejo, Paroki Bejawa. Peserta berasl dari berbagai utusan, ada para guru, pastor, suster, frater, OMK yang dikoordinir oleh romo Edu dari komisi Migrant Perantau keuskupan Ende.

Training kali ini acara agak dipadatkan hanya 2 hari untuk memperdalam persoalan trafficking dan kesetaraan Gender selama satu setengah hari dan separoh hari lainnya dimanfaatkan para peserta untuk praktek di 3 kelompok Asrama putri yang ada di Paroki Bejawa. Waktu praktek untuk para peserta selama 2 jam, mereka bekerja dalam tim, menjelaskan apa itu trafficking dengan contoh-contoh praktis praktek perdagangan orang yang terjadi di NTT. Dari para peserta yang masih pelajar SMU itu, diantara mereka ada yang berniat menjadi TKW, namun setelah dijelaskan nampak mereka ragu. Kita tidak melarang orang bekerja keluar negeri, namun silahkan lewat cara-cara yang aman.

Masyarakat NTT sangat kental dengan budaya Bellis, dimana pemuda yang melamar kekasihnya harus membayar mahal sesuai dengan permintaan keluarga besar dari pihak perempuan, sehingga hal ini meneyebabkan perempuan yang sudah menjadi isteri dari lelaki berasal dari daerah ini kehilangan kebebasan, dia telah menjadi milik suaminya, sehingga lelaki yang merasa sudah membayar lunas isterinya bisa berbuat apa saja. Namun apabila lelaki itu miskin, mereka untuk membayar bellis dengan berhutang, sehingga setelah menikah ia harus mencari uang untuk membayar hutang. Kemana mereka mencari uang? Tidak sedikit mereka pergi ke Malaysia , Kalimantan, bekerja di perkebunan kelapa sawit. Banyak sekali ibu-ibu muda yang ditinggalkan suaminya dan mereka hidup seperti seorang janda, karena suaminya tidak pernah kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar