SARASEHAN ALUMNI PELATIHAN C W T C – IBSI , LAWANG 26 - 29 MARET 2012

Sudah sejak jaman dahulu kala perdagangan dan perbudakan manusia ini ada , manusia dianggap sebagai “barang dagangan”. Ini sungguh-sungguh bertentangan dengan martabatnya sebagai manusia yang se-citra dengan Allah. Ini bertentangan dengan HAM . Di jaman sekarang perbudakan semacam itu masih ada, dengan modus operandi yang berbeda, bahkan berkembang tak terkendali karena mempunyai teknik dan strategi yang canggih, yang melibatkan mata rantai jaringan, mulai dari big boss God Father-nya sampai ke ujung tombak perekrut lokal perdagangan manusia  di desa-desa terpencil. Jaringan kerja mereka sangat sulit diurai karena para pelakunya bersepakat untuk merahasiakan dengan menutup mulut mata rantainya dengan uang, dan bahkan menutup mulut mereka dengan ancaman. Bisnis ini secara internasional menangguk keuntungan sangat besar, lebih besar dari perdagangan senjata.

“Agar hak dan martabat manusia sebagai citra Allah diakui dan dihormati “ itulah tema yang tersaji dalam acara sarasehan alumni pelatihan Counter Women Trafficking yang diselenggarakan oleh komisi anti perdagangan perempuan atau COUNTER WOMEN TRAFFICKING COMMISSION yang notabene adalah komisi yang berada dibawah naungan IBSI ( Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia ).
Komisi ini  sejak tahun 2007 hingga 2012 telah mengadakan tidak kurang dari 19 kali pelatihan dan seminar diberbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Papua dengan berbagai kongregasi telah mengikutinya .  Komisi ini telah dapat merangkul berbagai kongregasi tersebut untuk dapat berjejaring demi menumbuhkan kesadaran, bahwa perdagangan manusia tersebut melawan nilai kasih dan keadilan.
Dan setelah hampir 5 tahun mengadakan seminar seminar / Pelatihan / Lokakarya serta memfasilitasi berbagai Jaringan Informasi antar Lembaga dan Tarekat yang bergerak dalam bidang karya Counter Women Trafficking, kiranya diperlukan sebuah program  bagi para alumnus pelatihan pelatihan tersebut untuk mendapatkan kembali penyegaran akan rawannya tindak perdagangan manusia ini.
Maka pada tanggal 26 hingga 29 maret 2012 lalu, bertempat di Rumah Pembinaan Santa Julie Billiart Lawang – Malang dan dihadiri oleh 19 kongregasi, baik dari kalangan biarawati  (PMY, SSpS, FSGM, PK, MC, RGS, SPM, CB, PI, PRR, KSFL, KYM, HK, OSU, SS.CC,OP , JMJ) , imam (Pr Larantuka) dan biarawan  (MTB) telah berlangsung kegiatan sarasehan alumni pelatihan counter women trafficking. Program yang telah direncanakan pada tahun lalu ini berlangsung dengan sangat dinamis. Dimana hal itu tidak lepas dari banyaknya pengalaman-pengalaman yang disampaikan oleh para peserta sarasehan yang memang mereka adalah orang orang yang sangat peduli dan menyadari betul bahayanya masalah ini bagi kehidupan manusia selanjutnya.
Dengan hadirnya Rm. Ignatius Ismartono SJ dan Ibu Dr. Y. Sari Murti W., SH.M.Hum (Dekan Fakultas Hukum Univ. Atma Jaya-Yogyakarta) sebagai narasumber, menambahkan pula referensi pengetahuan bagi para peserta tentang Latar belakang Biblis;  keberpihakan kita pada korban sebagai dasar pelayanan dan didukung oleh Spiritualitas serta Pemahaman Hukum Perlindungan Perempuan dan Anak. Peserta diajak oleh Romo Is, untuk menelaah kembali Kitab Suci dalam hubungannya dengan pelayanan terhadap korban-korban trafficking ini.
Sedangan Ibu Sari Murti mengajak peserta untuk memahami kembali betapa rentannya perempuan dan anak terhadap tindak kekerasan dan tindak perdagangan orang dengan memberikan pertanyaan: Siapa yang harus dilindungi?  Bagaimana perlindungan harus diberikan?

Selain menghadirkan kedua narasumber tersebut, CWTC juga menghadirkan mereka yang telah mengalami langsung tindak perdagangan orang ini, yaitu: ibu Maizidah Salas – yang adalah survivor dari perdagangan manusia dan kini menjadi aktifis SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) dan Rm. Charles Suwendi Pr  yang mendalami pastoral migran dalam studinya di Roma dan telah berpengalaman melayani para migran Indonesia di Taiwan.
Keaktifan peserta dalam sarasehan ini sesaat berubah menjadi rasa keharuan dan keprihatinan yang mendalam setelah mendengarkan kisah dari Ibu Salas dan Romo Charles, dimana terungkap bahwa kisah-kisah memilukan dan jeritan minta pertolongan jelas terpancar dari gambar dan slide yang ditampilkan oleh kedua narasumber itu. Bagaimana ketidaktahuan mereka tentang bermigrasi yang benar dan aman yang seharusnya dilakukan. Bagaimana ketidakmapanan ekonomi menjadi salah satu penyebabnya. Bagaimana mereka harus menahan siksaan dari para majikan maupun agen tenaga kerja pada  saat di tempat transit ataupun di tempat tujuan mereka. Bagaimana mereka tidak menyadari, bahwa mereka  telah menjadi korban dari perdagangan manusia ini. Bagaimana mereka telah terjebak dalam lingkaran ini sehingga mereka tidak bisa lepas dari masalah perdagangan manusia.
Dalam kesempatan ini, hadir pula Uskup Surabaya, Mgr Vicentius Sutikno Wisaksono dimana beliau saat ini aktiif sebagai moderator SGPP-KWI. Wawanhati  berlangsung dengan suasana keakraban yang sangat mendalam. Berbagai pertanyaan dan komentar dari peserta dijawab oleh Mgr. Sutikno dengan penuh kearifan.
Sarasehan berakhir pada hari kamis, tanggal 29 maret 2012 dengan kesan yang mendalam dari peserta, dimana telah dihasilkan suatu kesepakatan dari para peserta, antara lain :
  1. Mengupayakan untuk membangun jejaring antar tarekat, regio dan keuskupan se-Indonesia yang telah proaktif dan aktif dalam pelayanan kepada TKI/TKW dan korban perdagangan manusia yang dikoordinir oleh  IBSI dan bekerja sama dengan KKP-PMP KWI dan SGPP-KWI.
  2. Berkolaborasi dan membangun jejaring dengan semua pihak yang berkehendak baik untuk menangani persoalan migrasi, khususnya mereka yang menjadi korban perdagangan manusia.
  3. Membangun komitmen bersama untuk memberikan pemahamanan dan pembelaan agar hak dan martabat manusia sebagai citra Allah diakui dan dihormati

Selain itu pada akhir acara ini, para peserta dari kelompok Sumatera, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Papua  juga menyampaikan Rencana Tindak Lanjut di antaranya, mulai Sosialisasi melalui karya yang ditangani oleh kongregasi misalnya asrama, sekolah, karya kesehatan dan karya pastoral lainnya, memperkuat & memperluas keanggotaan dengan melibatkan tarekat yang lain dalam kegiatan yang sudah ada hingga selalu berbagi info berkaitan dengan kasus-kasus trafficking agar terbangun adanya kepedulian dan solidaritas satu dengan yang lain.
Namun tanpa keterlibatan dan kepedulian semua pihak mulai dari para suster, romo, bruder, frater, pekerja pastoral hingga para pimpinan kongregasi tentunya penanganan masalah ini kurang maksimal. Maka marilah dengan semangat solidaritas dan cinta kasih yang tinggi, kita semua bisa berjejaring untuk menyelamatkan dan mencegah tindak pidana perdagangan orang maupun tindak kekerasan yang selama ini selalu membayangi manusia khususnya bagi kaum perempuan dan anak.
Mengapa kita yang terpanggil tidak tergugah berbuat ........
Merangkul sesama kita yang menderita.......
Demi Cinta Kasih......... “




Surabaya, 31 Maret 2012
Penulis :
Dadang
Sekretaris Eksekutif CWTC-IBSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar