Sudah
sejak jaman dahulu kala perdagangan dan perbudakan manusia ini ada , manusia
dianggap sebagai “barang dagangan”. Ini sungguh-sungguh bertentangan dengan
martabatnya sebagai manusia yang se-citra dengan Allah. Ini bertentangan dengan
HAM . Di jaman sekarang perbudakan semacam itu masih ada, dengan modus operandi
yang berbeda, bahkan berkembang tak terkendali karena mempunyai teknik dan
strategi yang canggih, yang melibatkan mata rantai jaringan, mulai dari big
boss God Father-nya sampai ke ujung tombak perekrut lokal perdagangan
manusia di desa-desa terpencil. Jaringan
kerja mereka sangat sulit diurai karena para pelakunya bersepakat untuk
merahasiakan dengan menutup mulut mata rantainya dengan uang, dan bahkan menutup
mulut mereka dengan ancaman. Bisnis ini secara internasional menangguk
keuntungan sangat besar, lebih besar dari perdagangan senjata.
“Agar
hak dan martabat manusia sebagai citra Allah diakui dan dihormati “ itulah tema
yang tersaji dalam acara sarasehan alumni pelatihan Counter Women Trafficking
yang diselenggarakan oleh komisi anti perdagangan perempuan atau COUNTER WOMEN
TRAFFICKING COMMISSION yang notabene adalah komisi yang berada dibawah naungan
IBSI ( Ikatan Biarawati Seluruh Indonesia ).
Komisi
ini sejak tahun 2007 hingga 2012 telah
mengadakan tidak kurang dari 19 kali pelatihan dan seminar diberbagai daerah di
Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara
hingga Papua dengan berbagai kongregasi telah mengikutinya . Komisi ini telah dapat merangkul berbagai
kongregasi tersebut untuk dapat berjejaring demi menumbuhkan kesadaran, bahwa
perdagangan manusia tersebut melawan nilai kasih dan keadilan.
Dan setelah hampir 5 tahun mengadakan seminar
seminar / Pelatihan / Lokakarya serta memfasilitasi berbagai Jaringan Informasi
antar Lembaga dan Tarekat yang bergerak dalam bidang karya Counter Women
Trafficking, kiranya diperlukan sebuah program
bagi para alumnus pelatihan pelatihan tersebut untuk mendapatkan kembali
penyegaran akan rawannya tindak perdagangan manusia ini.
Maka
pada tanggal 26 hingga 29 maret 2012 lalu, bertempat di Rumah Pembinaan Santa
Julie Billiart Lawang – Malang dan dihadiri oleh 19 kongregasi, baik dari
kalangan biarawati (PMY, SSpS, FSGM, PK, MC, RGS, SPM, CB, PI, PRR, KSFL, KYM, HK, OSU,
SS.CC,OP , JMJ) , imam (Pr Larantuka) dan biarawan (MTB) telah berlangsung kegiatan sarasehan
alumni pelatihan counter women trafficking. Program yang telah direncanakan
pada tahun lalu ini berlangsung dengan sangat dinamis. Dimana hal itu tidak
lepas dari banyaknya pengalaman-pengalaman yang disampaikan oleh para peserta
sarasehan yang memang mereka adalah orang orang yang sangat peduli dan
menyadari betul bahayanya masalah ini bagi kehidupan manusia selanjutnya.
Dengan
hadirnya Rm. Ignatius Ismartono SJ dan Ibu Dr. Y. Sari Murti W., SH.M.Hum (Dekan
Fakultas Hukum Univ. Atma Jaya-Yogyakarta) sebagai narasumber, menambahkan pula
referensi pengetahuan bagi para peserta tentang Latar belakang Biblis; keberpihakan kita pada korban sebagai dasar
pelayanan dan didukung oleh Spiritualitas serta Pemahaman Hukum Perlindungan Perempuan dan Anak. Peserta diajak
oleh Romo Is, untuk menelaah kembali Kitab
Suci dalam hubungannya dengan pelayanan terhadap korban-korban trafficking
ini.
Sedangan
Ibu Sari Murti mengajak peserta untuk memahami kembali betapa rentannya
perempuan dan anak terhadap tindak kekerasan dan tindak perdagangan orang
dengan memberikan pertanyaan: Siapa yang harus dilindungi? Bagaimana perlindungan harus diberikan?
Selain
menghadirkan kedua narasumber tersebut, CWTC juga menghadirkan mereka yang
telah mengalami langsung tindak perdagangan orang ini, yaitu: ibu Maizidah Salas
– yang adalah survivor dari perdagangan
manusia dan kini menjadi aktifis SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) dan
Rm. Charles Suwendi Pr yang mendalami pastoral migran dalam studinya
di Roma dan telah berpengalaman melayani para migran Indonesia di Taiwan.
Keaktifan peserta dalam sarasehan ini sesaat
berubah menjadi rasa keharuan dan keprihatinan yang mendalam setelah
mendengarkan kisah dari Ibu Salas dan Romo Charles, dimana terungkap bahwa kisah-kisah
memilukan dan jeritan minta pertolongan jelas terpancar dari gambar dan slide
yang ditampilkan oleh kedua narasumber itu. Bagaimana ketidaktahuan mereka
tentang bermigrasi yang benar dan aman yang seharusnya dilakukan. Bagaimana
ketidakmapanan ekonomi menjadi salah satu penyebabnya. Bagaimana mereka harus
menahan siksaan dari para majikan maupun agen tenaga kerja pada saat di tempat transit ataupun di tempat
tujuan mereka. Bagaimana mereka tidak menyadari, bahwa mereka telah menjadi korban dari perdagangan manusia
ini. Bagaimana mereka telah terjebak dalam lingkaran ini sehingga mereka tidak
bisa lepas dari masalah perdagangan manusia.
Dalam
kesempatan ini, hadir pula Uskup Surabaya, Mgr Vicentius Sutikno Wisaksono
dimana beliau saat ini aktiif sebagai moderator
SGPP-KWI. Wawanhati berlangsung dengan
suasana keakraban yang sangat mendalam. Berbagai pertanyaan dan komentar dari
peserta dijawab oleh Mgr. Sutikno dengan penuh kearifan.
Sarasehan
berakhir pada hari kamis, tanggal 29 maret 2012 dengan kesan yang mendalam dari
peserta, dimana telah dihasilkan suatu kesepakatan dari para peserta, antara lain :
- Mengupayakan untuk membangun jejaring antar tarekat, regio dan keuskupan se-Indonesia yang telah proaktif dan aktif dalam pelayanan kepada TKI/TKW dan korban perdagangan manusia yang dikoordinir oleh IBSI dan bekerja sama dengan KKP-PMP KWI dan SGPP-KWI.
- Berkolaborasi dan membangun jejaring dengan semua pihak yang berkehendak baik untuk menangani persoalan migrasi, khususnya mereka yang menjadi korban perdagangan manusia.
- Membangun komitmen bersama untuk memberikan pemahamanan dan pembelaan agar hak dan martabat manusia sebagai citra Allah diakui dan dihormati
Selain
itu pada akhir acara ini, para peserta dari kelompok Sumatera, DKI, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Papua juga menyampaikan Rencana Tindak Lanjut di antaranya, mulai Sosialisasi melalui karya
yang ditangani oleh kongregasi misalnya asrama, sekolah, karya kesehatan dan
karya pastoral lainnya, memperkuat & memperluas keanggotaan dengan
melibatkan tarekat yang lain dalam kegiatan yang sudah ada hingga selalu
berbagi info berkaitan dengan kasus-kasus trafficking agar terbangun adanya kepedulian
dan solidaritas satu dengan yang lain.
Namun
tanpa keterlibatan dan kepedulian semua pihak mulai dari para suster, romo, bruder,
frater, pekerja pastoral hingga para pimpinan kongregasi tentunya penanganan
masalah ini kurang maksimal. Maka marilah dengan semangat solidaritas dan cinta
kasih yang tinggi, kita semua bisa berjejaring untuk menyelamatkan dan mencegah
tindak pidana perdagangan orang maupun tindak kekerasan yang selama ini selalu
membayangi manusia khususnya bagi kaum perempuan dan anak.
“ Mengapa kita yang terpanggil tidak tergugah
berbuat ........
Merangkul sesama kita yang
menderita.......
Demi Cinta Kasih......... “
Surabaya,
31 Maret 2012
Penulis
:
Dadang
Sekretaris
Eksekutif CWTC-IBSI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar